Salah
satu filsafat adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu meliputi obyek yang ada dan
mungkin ada. Yang ada dan mungkin ada
mempunyai sifat yaitu yang ada dan mungkin ada. Yang mungkin ada itu belum
terpikirkan oleh kita. Salah satu sifat dari yang ada dan mungkin ada yaitu
sifat yang tetap dan sifat yang berubah. Sifat yang tetap berarti segala
sesuatu yang tidak berubah. Semuanya bersifat tetap, contohnya manusia tetap
menjadi manusia, tidak bisa menjadi yang lain. Aliran dari yang bersifat tetap
adalah permenidesiasi. Jika tesisnya
adalah tetap maka antitesisnya adalah berubah. Aliran dari yang bersifat
berubah adalah heraditosiasi. Ada
sifat lain yaitu satu (monisme), dua (dualisme), banyak (pluralisme). Masih
banyak sifat-sifat lain, dimana sifat-sifat itu akan melahirkan atau menemukan
lautan kehidupan (ide) sekarang (kontemporer).
Manusia
diibaratkan seperti seekor ikan di laut yang memiliki sensor yang lagi belajar
filsafat. Sensor digunakan untuk mendeteksi jenis air, apakah sudah tercemar
atau masih jernih. Kita sebagai manusia harus pandai memilih kehidupan didunia
ini. Kita harus bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan
begitu, kita tidak akan salah untuk menata kehidupan kita. Kita harus bisa
menciptakan sifat yang harmoni diantara kita. Misalnya, dunia suami adalah
sebagai kepala keluarga, ketua RT atau lainnya. Ini adalah salah satu sensor
untuk mengetahui ruang dan waktu.
Yang
ada dan mungkin ada mempunyai sifat bisa didalam pikiran kita maupun diluar pikiran
kita. Yang didalam pikiran, tokohnya adalah Platonisme yang melahirkan
idealisme. Yang diluar pikiran, tokohnya adalah Aristoteles yang melahirkan
realisme.
Sifat
yang tetap bersifat analitik a priori karena berlaku hukum identitas (tautologi:benar
masih dalam pikiran). Sifat yang berubah bersifat sintetik a posteriori
karena berlaku hukum kontradiksi. Sifat
yang tetap berada didalam pikiran (rasio) yang disebut rasionalisme (tokohnya:
Rene descarts), sedangkan sifat yang berubah berada diluar pikiran karena
berdasarkan pengalaman yang disebut dengan empirisme (tokonya: David Hume). Antara
rasionalisme dan empirisme saling bertentangan. Keduanya merasa bahwa pandangan
mereka benar. Kemudian terjadilah
perdebatan yang besar. R. Descarts mengatakan bahwa tidak adalah ilmu jika
tidak berdasar pada rasio, tetapi D. hume mengatakan tidak mungkin ada ilmu
kalau tidak berdasarkan pengalaman. Kemudian antara kedua sifat itu dikawinkan
yaitu analitik dengan a posteriori dan sintetik dengan a priori. A posteriori
adalah memikirkan sesuatu setelah melihat. Berarti analitik a posteriori
adalah memikirkan sesuatu setelah melihat, ini berarti konsistensinya
(koherentisme) tidak berjalan. Pandangan ini tidak digunakan. Sintetik a priori
adalah memikirkan sesuatu walaupun belum melihat (bisa lewat membaca) .
pandangan ini yang digunakan. Pandangan ini dicetus oleh Imanuel Kant (1781).
Imanuel Kant sebagai juru damai antara kedua tokoh yang saling bertentangan.
Menurut I. Kant, ilmu itu adalah sintetik a priori. Matematika dikatakan ilmu
jika bersifat sintetik apriori.
Sebelum
muncul R. Descarts dan D. hume ada masa-masa yang disebut sebagai abad gelap
(13-15 M). Pada abad ini kebenarannya didominasi oleh gereja, artinya gereja
berpendapat bahwa struktur dunia adalah Geocentris yaitu berpusat di bumi.
Matahari, bulan dan bintang adalah gembala-gembalanya. Jika ada yang tidak
setuju atau berbeda pendapat dengan pandangan ini maka langsung dibunuh atau
dihukum. Kemudian munculah Copernicus sebagai pendobrak tentang pandangan ini. Beliau mengatakan
bahwa struktur dunia adalah Heliocentrik yaitu berpusat pada matahari. Bumi
berputar mengelilingi matahari. Ada beberapa anggota dari pandangan geocentris
yang terbunuh karena mereka mengikuti aliran heliocentric. Dengan terbunuhnya
mereka, maka munculah pemikiran baru yang disebut Era Modern (1600-1700 M).
Yang
tetap, yang ada dalam pikiran, yang analitik a priori, yang rasio bersifat
formal. Yang berubah, yang pengalaman, yang sintetik a posteriori, yang
realisme bersifat intutive. Imanuel Kant menemukan yang intuitiv itu dengan
pengalaman maka lahirlah yang namanya kategori-kategori. Kategori-kategori
didalam pikiran kita adalah bagian dari rasionalisme. Pikiran kita yang sudah
mempunyai struktur kategori adalah bekal kesiapan kita untuk berpikir tentang
pengalaman kita.
Kecenderungan
dunia adalah material, formal, normatif
dan spiritual. Tetapi, menurut agusto compte dengan aliran positivisme menempatkan
spiritual dilevel paling rendah kemudian normatif, scientific (yang sekarang
digunakan). Dengan begitu segala macam problem, peperangan terjadi didunia ini
karena menempatkan spiritual paling rendah.
Manusia
modern mempunyai tingkatan arcaic, tribal, tradisional, feodal, modern, pos
modern, dan pos-pos modern (power noun). Dengan adanya power noun mampu
mematahkan dunia, memporek porandakan dunia. Dunia saat ini terbolak-balik
akibat perlakuan kita.