Jumat, 17 Oktober 2014

ASAL MUASAL FILSAFAT


Salah satu filsafat adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu meliputi obyek yang ada dan mungkin ada.  Yang ada dan mungkin ada mempunyai sifat yaitu yang ada dan mungkin ada. Yang mungkin ada itu belum terpikirkan oleh kita. Salah satu sifat dari yang ada dan mungkin ada yaitu sifat yang tetap dan sifat yang berubah. Sifat yang tetap berarti segala sesuatu yang tidak berubah. Semuanya bersifat tetap, contohnya manusia tetap menjadi manusia, tidak bisa menjadi yang lain. Aliran dari yang bersifat tetap adalah permenidesiasi. Jika tesisnya adalah tetap maka antitesisnya adalah berubah. Aliran dari yang bersifat berubah adalah heraditosiasi. Ada sifat lain yaitu satu (monisme), dua (dualisme), banyak (pluralisme). Masih banyak sifat-sifat lain, dimana sifat-sifat itu akan melahirkan atau menemukan lautan kehidupan (ide) sekarang (kontemporer).
Manusia diibaratkan seperti seekor ikan di laut yang memiliki sensor yang lagi belajar filsafat. Sensor digunakan untuk mendeteksi jenis air, apakah sudah tercemar atau masih jernih. Kita sebagai manusia harus pandai memilih kehidupan didunia ini. Kita harus bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan begitu, kita tidak akan salah untuk menata kehidupan kita. Kita harus bisa menciptakan sifat yang harmoni diantara kita. Misalnya, dunia suami adalah sebagai kepala keluarga, ketua RT atau lainnya. Ini adalah salah satu sensor untuk mengetahui ruang dan waktu.
Yang ada dan mungkin ada mempunyai sifat bisa didalam pikiran kita maupun diluar pikiran kita. Yang didalam pikiran, tokohnya adalah Platonisme yang melahirkan idealisme. Yang diluar pikiran, tokohnya adalah Aristoteles yang melahirkan realisme.
Sifat yang tetap bersifat analitik a priori karena berlaku hukum identitas (tautologi:benar masih dalam pikiran). Sifat yang berubah bersifat sintetik a posteriori karena  berlaku hukum kontradiksi. Sifat yang tetap berada didalam pikiran (rasio) yang disebut rasionalisme (tokohnya: Rene descarts), sedangkan sifat yang berubah berada diluar pikiran karena berdasarkan pengalaman yang disebut dengan empirisme (tokonya: David Hume). Antara rasionalisme dan empirisme saling bertentangan. Keduanya merasa bahwa pandangan mereka benar. Kemudian  terjadilah perdebatan yang besar. R. Descarts mengatakan bahwa tidak adalah ilmu jika tidak berdasar pada rasio, tetapi D. hume mengatakan tidak mungkin ada ilmu kalau tidak berdasarkan pengalaman. Kemudian antara kedua sifat itu dikawinkan yaitu analitik dengan a posteriori dan sintetik dengan a priori. A posteriori adalah memikirkan sesuatu setelah melihat. Berarti analitik  a posteriori  adalah memikirkan sesuatu setelah melihat, ini berarti konsistensinya (koherentisme) tidak berjalan. Pandangan ini tidak digunakan. Sintetik a priori adalah memikirkan sesuatu walaupun belum melihat (bisa lewat membaca) . pandangan ini yang digunakan. Pandangan ini dicetus oleh Imanuel Kant (1781). Imanuel Kant sebagai juru damai antara kedua tokoh yang saling bertentangan. Menurut I. Kant, ilmu itu adalah sintetik a priori. Matematika dikatakan ilmu jika bersifat sintetik apriori.
Sebelum muncul R. Descarts dan D. hume ada masa-masa yang disebut sebagai abad gelap (13-15 M). Pada abad ini kebenarannya didominasi oleh gereja, artinya gereja berpendapat bahwa struktur dunia adalah Geocentris yaitu berpusat di bumi. Matahari, bulan dan bintang adalah gembala-gembalanya. Jika ada yang tidak setuju atau berbeda pendapat dengan pandangan ini maka langsung dibunuh atau dihukum. Kemudian munculah Copernicus sebagai pendobrak  tentang pandangan ini. Beliau mengatakan bahwa struktur dunia adalah Heliocentrik yaitu berpusat pada matahari. Bumi berputar mengelilingi matahari. Ada beberapa anggota dari pandangan geocentris yang terbunuh karena mereka mengikuti aliran heliocentric. Dengan terbunuhnya mereka, maka munculah pemikiran baru yang disebut Era Modern (1600-1700 M).
Yang tetap, yang ada dalam pikiran, yang analitik a priori, yang rasio bersifat formal. Yang berubah, yang pengalaman, yang sintetik a posteriori, yang realisme bersifat intutive. Imanuel Kant menemukan yang intuitiv itu dengan pengalaman maka lahirlah yang namanya kategori-kategori. Kategori-kategori didalam pikiran kita adalah bagian dari rasionalisme. Pikiran kita yang sudah mempunyai struktur kategori adalah bekal kesiapan kita untuk berpikir tentang pengalaman kita.   
Kecenderungan dunia  adalah material, formal, normatif dan spiritual. Tetapi, menurut agusto compte dengan aliran positivisme menempatkan spiritual dilevel paling rendah kemudian normatif, scientific (yang sekarang digunakan). Dengan begitu segala macam problem, peperangan terjadi didunia ini karena menempatkan spiritual paling rendah.
Manusia modern mempunyai tingkatan arcaic, tribal, tradisional, feodal, modern, pos modern, dan pos-pos modern (power noun). Dengan adanya power noun mampu mematahkan dunia, memporek porandakan dunia. Dunia saat ini terbolak-balik akibat perlakuan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar